Kekatolikan-Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, marilah kita bersama-sama mempelarai cara membawakan lektor dengan baik dan bijaksana, sehingga dalam membawakan letor tersebut dapat lancar dan Sabda Tuhan yang kita sampaikan kepada umatNya, akan terdengar begitu jelas. Untuk itu marilah kita bersama-sama membuka referensi ini dan bisa mempelajarinya.
A. Lektor dan Bacaan Kitab Suci
1. Lektor
- Petugas Liturgi penting dalam suatu perayaan liturgi.
- Juru bacara Allah (Surat Apostolik John Pul II, Vigesimus Quintus Annus 7
-Tugasnya sebagai tugas yang sakral karena, melalui mulut Lektor, Allah sendiri bersabda kepada umatNya; dan Kristus sendiri mewartakan Kabar Gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu. (Sacrosanctum Concilium 7).
B. Hubungan Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi
Dalam Liturgi Sabda, sejarah keselamatan yang terekam dalam Kitab Suci diwartakan kembali lewat mulut dan suara (para) pewarta. Dalam Liturgi Ekaristi, sejarah yang sama ditampilkan dalam bentuk lambang sakramental (roti dan anggur). Keduanya merupakan satu tindakan ibadat yang tunggal:
Kristus bersabda (Lit Ekaristi)
C. Liturgi Sabda
Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyayian-nyayian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam liturgi sabda dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umatNya. Disitu Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani.
Lewat sabdaNya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. Sabda Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyayian, dan diimani dalam syahadat. setelah dikuatkan dengan sabda, umat memanjatkan permohonan-permohonan dalam doa umat untuk keperluan seluruh Gereja dan keselamatan seluruh dunia.
Dalam bacaan-bacaan dari Alkitab, sabda Allah dihidangkan kepada umat beriman, dan khazanah harta Allkitab dibuka bagi mereka. Maka, kaidah penataan bacaan Allkitab hendaknya dipatuhi, agar tampak jelas kesatuan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan sejarah keselamatan.
Tidak diizinkan menganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab.
Menurut tradisi, pembacaan itu bukanlah tugas pemimpin perayaan, melainkan tugas pelayan yang terkait. Oleh karena itu, bacaan-bacaan hendaknya dibawkan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau iman lain yang tidak memimpin perayaan.
Akan tetapi, kalau tidak ada diakon atau iman lain, amak Injil dimaklumkan oleh imam selebran sendiri. Juga kalau lektor juga tidak hadir, bacaan-bacaan sebelum Injil pun dapat dibawakan oleh imam selebran sendiri.
D. Ketentuan Tentang Lektor (Menurut PUMR)
Dalam perarakan menuju altar, bila tidak ada diakon, lektor dapat membawa Kitab Injil (Evangeliarium) yang sedikit diangkat. Dalam hal seperti ini, lektor berjalan di depan imam; kalau tidak membawa Kitab Injil, ia berjalan bersama pelayan lain.
Sesampai di depan altar, lektor membungkuk khidmat bersama para pelayanan yang lain. Seorang lektoryang membawa Kitab Injil langsung menuju altar dan meletakkan Kitab Injil di atasnya. Lalu ia pergi ke tempat duduknya di pantai imam bersama para pelayan lain.
Sesudah doa pembuka (kolekta), semua duduk, iman dapat menyampaikan pengantar amat singkat agar umat mendengarkan sabda Tuhan dengan baik. kemudian lektor pergi ke mimbar dan mewartakan bacaan pertama dari Buku Bacaan Misa yang sudah tersedia disana sejak sebelum misa. Umat mendengarkannya. Sesudah bacaan, lektor berseruh: Demikianlah sabda Tuhan, dan umat menjawab dengan seruan: Syukur kepada Allah.
Sesudah bacaan, pemazmur atau lektor sendiri membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan. Umat menanggapi dengan menyeruhkan/melagukan ulangan.
Lektor memaklumkan bacaan-bacaan sebelum Injil dari mimbar. Kalau tidak ada pemazmur, lektor boleg juga membawakan mazmur tanggapan sesudah saat hening yang menyusul bacaan pertama.
Kalau sebelum Injil masih ada bacaan kedua, lektor mewartakannya dan, sesudah bacaan, memberi tanggapan dengan seruan.
Kalau tidak ada diakon, letor boleh membawakan wujud-wujud doa umat, sesudah imam membukannya.
E. Ketentuan Tentang Mimbar (Menurut PUMR)
Keagungan sabda Allah menuntut agar dalam gereja ada tempat yang serasi untuk pewartaan sabda, yang dengan sendirinya menjadi pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda. Sebaiknya tempat pewartaan sabda itu berupa mimbar (ambo) yang tetap, bukannya' standar' yang dapat dipindah-pindahkan. Sesuai dengan bentuk dan ruang gereja masing-masing, hendaknya mimbar itu ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat dilihat dan didengar dengan mudah oleh umat.
Demikan dari kami admin memberikan sedikit referensi mengenai Liturgi dalam membawakan lektor dengan baik dan bijaksana, semoga ini menjadi pemahaman kita bersama agar ketika kita mengambil bagian digereja ataupun dimana kita mengambil tugas sebagai lektor, kita harus membawakannya dengan baik dan bijaksana. Demikan dari kami, kami mengucapkan terimakasih. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Sesudah doa pembuka (kolekta), semua duduk, iman dapat menyampaikan pengantar amat singkat agar umat mendengarkan sabda Tuhan dengan baik. kemudian lektor pergi ke mimbar dan mewartakan bacaan pertama dari Buku Bacaan Misa yang sudah tersedia disana sejak sebelum misa. Umat mendengarkannya. Sesudah bacaan, lektor berseruh: Demikianlah sabda Tuhan, dan umat menjawab dengan seruan: Syukur kepada Allah.
Sesudah bacaan, pemazmur atau lektor sendiri membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan. Umat menanggapi dengan menyeruhkan/melagukan ulangan.
Lektor memaklumkan bacaan-bacaan sebelum Injil dari mimbar. Kalau tidak ada pemazmur, lektor boleg juga membawakan mazmur tanggapan sesudah saat hening yang menyusul bacaan pertama.
Kalau sebelum Injil masih ada bacaan kedua, lektor mewartakannya dan, sesudah bacaan, memberi tanggapan dengan seruan.
Kalau tidak ada diakon, letor boleh membawakan wujud-wujud doa umat, sesudah imam membukannya.
E. Ketentuan Tentang Mimbar (Menurut PUMR)
Keagungan sabda Allah menuntut agar dalam gereja ada tempat yang serasi untuk pewartaan sabda, yang dengan sendirinya menjadi pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda. Sebaiknya tempat pewartaan sabda itu berupa mimbar (ambo) yang tetap, bukannya' standar' yang dapat dipindah-pindahkan. Sesuai dengan bentuk dan ruang gereja masing-masing, hendaknya mimbar itu ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat dilihat dan didengar dengan mudah oleh umat.
Demikan dari kami admin memberikan sedikit referensi mengenai Liturgi dalam membawakan lektor dengan baik dan bijaksana, semoga ini menjadi pemahaman kita bersama agar ketika kita mengambil bagian digereja ataupun dimana kita mengambil tugas sebagai lektor, kita harus membawakannya dengan baik dan bijaksana. Demikan dari kami, kami mengucapkan terimakasih. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
