Kekatolikan-Saudara-Saudari terkasih dalam Yesus Kristu, pada kesempatan ini admin membrikan referensi mengenai simbol liturgis dalam gereja katolik. Dan semoga ini menjadi pegangan kita sebagai umat Katolik, sehingga dalam menghadapi segala hal dalam perayaan liturgi, dapat berjalan dengan baik.
Manusia sendiri adalah makhluk simbolis. Manusia mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol. Maka, umat beriman yang berkumpul untuk merayakan liturgi sudah merupakan simbol sendiri. Gerak perjumpaan orang-orang yang berkumpul dari berbagai kelompok, suku, tingkatan, dan keluarga mengungkapkan tindakan Allah yang mempersatukan semua orang.
Manusia selalu berada dalam kebersamaan. Di sana terdapat fungsi-fungsi pelayanan dalam hidup bersama. Demikian pula dalam liturgi, menurut fungsinya ada berbagai petugas liturgi yang bukan hanya diperuntukkan bagi pelayanan jemaat, tetapi bagi simbolisasi peristiwa perjumpaan Allah dan manusia dalam Kristus sendiri. Iman, pemimpin Ekaristi, menjadi simbol kehadiran Kristus sendiri sebagai pemimpin liturgi sejati (bdk. SC7). Masing-masing petugas liturgi dan juga umat beriman sendiri yang hadir di sekeliling altar melambangkan dengan caranya masing-masing kehadiran dan karya penebusanNya.
1. Kegiatan Inderawi
a. mendengarkan
Pada umumnya bukanlah sekedar tindakan resepsi, yang hanya menerima saja, melainkan juga tindakan aktif. Sebab bila kita mendengarkan, kita sebenarnya sedang membuka diri untuk menerima dengan sadar sapaan, suara atau kata-kata dari luar diri kita, untuk memberi perhatian dan mau masuk ke dalam diri pribadi si pembicara perhatian dan mau masuk ke dalam diri pribadi si pembicara serta dengan sadar mau masuk ke dalam mengambil bagian dalam peristiwa yang didengarkan itu. Demikianlah dalam liturgi tindakan mendengarkan ini bregitu dominan, kita mendengarkan sabda Tuhan, homili, doa, nyanyian, musik, bel dsb. Secara khusus dengan mendengarkan sabda Tuhan kita membuka diri terhadap sapaan dan daya kuasa Allah yang hadir memlaui sabda itu dan dengan demikian kita mengambil bagian di dalam karya keselamatan Allah yang di hadirkan dalam Sabda itu. Mka mendengarkan merupakan bentuk ungkapan liturgi yang menyatakan kesiapsediaan iman dan ketaatan.
b. Melihat
Melihat merupakan bentuk ungkapan liturgi untuk melihat kemuliaan Allah. Sebab dalam wajah Kristus kita dapat melihat kemuliaan Allah (2Kor 4:6). Melalui penglihatan mata, kita menyadari dunia dan isinya dan kita pun menjalin relasi dengan sesama manusia dan dunia. Demikian pula dengan penglihatan mata dalam liturgi, kita menyadari komunikasi Allah yang terpantul melalui berbagai simbol liturgi dan dengan demikian Allah dan sesama jemaat.
c. Menyentuh
Liturgi juga menggunakan indera sentuhan sebagai simbol liturgi yang mengungkapkan persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama umat beriman di dalam ikatan Roh Kudus. Demikian misalnya, doa-doa Mazmur banyak menyebut aspek sentuhan ini untuk mengungkapkan iman akan kebersamaan umat dengan Allah (mis. Mzm 139:10) Dalam PB, Yesus berkali-kali menunjukkan kasihNya dengan memeluk anak-anak, membasuh kaki para murid, dan menyembuhkan orang-orang sakit dengan sentuhan tanganNya. Dalam liturgi, hal ini terlihat misalnya pada saat penerimaan komuni, salam damai entah dengan berciuman ataupun berjabat tangan. Sentuhan juga melambangkan penganugerahkan Roh Kudus kepada umat beriman. Dalam liturgi, simbol sentuhan tampak misalnya: pada saat penumpangan tangan (thabisan), pengurapan dengan minyak (Krisma, orang sakit).
d. Merasakan
Indera meraskan juga dipakai dalam liturga secara menonjol. Perayaan Liturgi secara menonjol. Perayaan Ekaristi misalnya merupakan perayaan persekutuan kita dengan Tuhan yang tidak hanya terjadi secara rohani belaka melainkan juga menggunakan aspek fisik yaitu: bahwa kita menyantap, mencecap, dan merasakan dengan lidah: Tuhbuh dan Darah Kristus. Dalam kitab suci pengalaman akan Allah sering digambarkan dengan ide pencecapan dan rasa ini: "kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu" Mzm 34:9;bdk. 1Ptr 2:2-3;Ibr 6:4-5). Demikian pula keselamatan eskatologis dilukiskan sebagai suatu perjamuan meriah dengan makanan dan minuman yang lezat dan sangat enak (bdk. Yes 25:6-7; Luk 14:15-24).
e. Mencium Dan Membau
Indera penciuman atau membau juga digunakan dalam liturgi. Penggunaan dupa dan ratus yang wangi, bau minyak wangi dalam liturgi inisiasi dan thabisan merupakan contoh-contohnya. Wangi-wangian dan keharuman yang bisa dibau itu memang sudah merupakan simbol religius yang umum. Dalam agama lain, kita mengenal hio dan menyan dengan bauhnya yang khas. Keharuman ini dalam liturgi Kristiani merupakan ungkapan pewahyuan Allah dan kehadiran keselamatan sendiri: "Dengan perantaraan kami, Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana". (2Kor 2:14). Keharuman juga adalah ungkapan pujian hormat dan korban (Mzm 14:2), sebab persembahan korban Kristus merupakan "korban yang harum bagi Allah" (Ef 5:2).